Jumat, 22 Juni 2012

anak,mengasah insting dan membuat kita lebih pintar

         Tak percaya?mari kita buktikan sama sama......saya berani bertaruh,kalau ibu ibu yang punya anak pasti lebih pintar dari pada yang tidak.punya anak disini bisa anak kandung,anak angkat,anak asuh...apa aja judulnya.yang penting pernah mengurus anak,kenapa saya bilang begitu?
          Ketika saya hamil pertama kali,setiap orang yang pernah hamil,saya tanya satu persatu,karena kebetulan dalam dua kali hamil,saya tidak begitu menikmati,karena terlalu menyiksa,sakit sakitan dan perut saya selektif memilih makanan yang masuk,pokoknya gak enak..banget deh.browsing browsing hampir setiap hari,bertanya tanya,normalkah keluhan saya.belum lagi langganan tabloid tumbuh kembang anak setiap minggunya...tidak lupa kontrol dokter kandungan sebulan sekali.ya,kehamilan pun membuat saya lebih pintar,saya jadi banyak tahu hal hal yang tadinya saya tidak ingin tahu.walaupun kadang mitos dan medis selalu bertentangan,saya selalu mengambil yang terbaiknya saja,sekiranya masih masuk diakal,saya mau menghindari pantangan pantangan,kalau sekiranya tidak ilmiah,mengada ada...saya anggap sambil lalu saja,dan selalu positive thinking...hehehe...walau sepertinya susah ya bu...untuk selalu berpositive thinking ketika hamil...pasti ada..saja kekhawatiran dalam diri kita...hem...bertambah lagi deh ilmu kita,ilmu mengelola emosi....
        Tiba waktunya melahirkan,wah...rasanya campur aduk.antara takut,cemas,bahagia...takut kalau terjadi apa apa dengan bayi kita,atau terjadi sesuatu pada diri kita,naudzubillah...,cemas....saya orangnya traumatik,ketika mengalami rasa sakit sedikit saja,otak saya bekerja lebih cepat...akhirnya dalam dua kali persalinan,saya mengalami dua kali hipertensi,saking stressnya.bahagia pastinya,yang ditunggu tunggu waktunya tiba juga.Dan ketika si jabang bayi lahir,kita akan lebih menghargai hidup,dan saya pribadi,saya lebihh menghargai ibu saya...dan percaya bahwa proses melahirkan adalah proses antara hidup dan mati.
           Ini tidak berakhir disini saja....punya anak pertama kali,apalagi ketika kita kita mengurus sendiri tanpa dibantu orangtua atau pembantu,rasanya membuat kita kembali ketitik nol.tiadak tahu sama sekali,membuat kita harus mau belajar...belajar berkorban,apalagi di satu bulan pertama kehidupan mereka...rasanya kok beraat banget hidup ini.belajar mengatur waktu,kapan kita mengerjakan pekerjaan umah,kapan kita melayani suami,kapan kita  mengurus anak,belajar berkompromi dalam segala  hal.belajar mengatur keuangan,bagaimanapun,punya anak,pasti membuat pengeluaran kita bertambah, yang jelas,naluri keibuan kita akan keluar.
            Ilmu apa lagi yang kita dapat?banyak lagi.ketika anak mencapai umur pra sekolah,dia akan banyak bertanya,sampai kadang kadang kita kewalahan...dan menurut para ahli,kketika anak kita bertanya,jangan pernah menjawab tidak tahu,toh kalaupun kita benar benar tidak tahu,kita bisa bilang,mari kita cari tahu sama sama nak,jawabannya nanti.  kita juga belajar mngantisipasi ketika anak ngadat karena pengen sesuatu,dan belajar segala macam jurus,cara bermain bersama anak anak,
               Anak mengasah insting kita juga,kita pasti tahu,ketika sesuatu terjadi dengan anak kita,ketika dia sakit,ketika dia sedih....ketika dia bohong,pasti kita bisa merasakan....jika ada sesuatu yang tidak biasa dengan mereka.
               Ketika anak kita mulai sekolah,mulai tuh kita tambah stress,karena mulai banyak pr.belum lagi,kita sibuk menemani belajar tiap  malem...anak yang sekolah,orangtua yan stress,hehehe..
                After all...anak adalah titipan sang maha kuasa..sudah sepatutnya,kita menjaga dan merawatnya sebaik baik yang kita bisa....anak,membuat naluri ke ibuan kita keluar,anak,membuat kita menghargai hidup,anak mebuat hidup kita berwarna,anak membuat kia punya sesuatu yang kita rindukan setiap hari,anak adalah cerminan diri kita,anak...pasti sedikit banyak akan mengubah cara pandang kita terhadap sesuatu...mari kita menjadi sahabat,dan teladan yang ter baik untuk mereka :)
*dedicated to muhammad rhafa firdaus dan shafiyaa gita humaira
              

Sabtu, 09 Juni 2012

We Are Lazy Family

        Maksudnya bukan berarti kami sekeluarga adalah kumpulan orang orang pemalas.Insya Allah kami adalah kumpula orang orang produktif dan sedikit kreatf...tapi kami punya kebiasaan menyebut diri sendiri lazy family...kebiasaan tidur tiduran dan mengorol di kasur.topiknya bisa apa saja...bisa game yang seru,film terbaru,kisah super hero,masa kecil saya dan suami...,rencana jalan jalan kalau nanti sudah gajian,mengkritik menu yang barusan disantap,menyanyikan lagu gubahan kami sendiri,dengan lirik dan melodi yang sudah diaransemen oleh saya dan suami....pokoknya apa saja obrolan ada dikasur,dari yang nggak penting,sedikit penting sampai yang penting banget.That's we are happy family....


Logika kemandirian,memanfaatkan ataukah ketidak mampuan?

          Sebelum berkeluarga,saya adalah gadis yang sangat berani bepergian sendiri,kemanapun itu,dengan angkutan umum tentunya...saya sangat menikmati prosesnya...berpanas panas ria,berjejal didalam bus,tukang asongan yang kadang kadang menjual benda benda aneh....,pengamen yang rata rata suaranya membuat  kita pura pura tidur agar tidak di mintai sumbangan(ga semua sih...ada beberapa yang bagus,tapi itu juga jarang.....)dan satu hal yang paling saya suka,menegur para perokok yang semabarangan merokok didalam bus(maaf ya,para  laki laki)kita kan sama sama penumpang,anda tidak berhak merugikan saya dengan asap rokok  anda...
           Kebiasaan naik angkutan mulai ditinggalkan ketika saya berpacaran.mula mula,saya tidak terlalu tergantung untuk dijemput....saya masih mempertahankan prinsip,bahwa saya adalah gadis mandiri yang tidak suka menyusahkan orang lain...tapi karena setiap hari mantan pacarku itu(yang kini jadi suamiku) rajin antar jemput tanpa dipinta,lama lama jadi ketagihan juga.suka marah marah kalu tidak dijemput,padahal naik angkot cuma satu kali,ya...saya mulai kehilangan kemandirian...dan saya mulai memanfaatkan....
             Pun setelah berkeluarga....rasanya sangat jarang saya mencicipi naik angkot sendirian,atau bertiga dengan kedua anakku...rasanya membayangkan saja sudah malas rasanya,ketergantungan jadinya.kalau tak ada suami,tak kemana mana.pekerjaan pekerjaan kecilpun yang sebenarnya bisa kulakukan,urung kulakukan karena kadang aku memposisikan diriku sebagai yang tidak mampu,seperti mengangkat galon,dan memasang regulator gas.jadi sebenarnya,dimanakah batas antara kemandirian,memanfaatkan dan ketidak mampuan saya?
             Sebenarnya,didalam diri saya ini,masih ada kemandirian disana...tapi,ketika saya meminta bantuan suami,yang padahal saya mampu melakukannya,itu karena saya ingin melihat suamiku adalah orang yang kuat,yang melindungi dan mengayomiku.Bukan karena saya tidak mampu.Toh,ketika saat ini ketika dia tidak sedang berada di sisiku,aku bisa menjaga diriku sendiri,dan kedua anakku,saya tetap setia,menjaga kehormatan suami dan tanpa pernah disadari, saya sudah menjadi wanita yang mandiri,sampai saatnya nanti,dia menjemputku disini.